Jumat, 14 Februari 2014

CEK DATA GURU

Bagi yang merasa anda adalah seorang guru, maka sangatlah penting bagi anda untuk mengecek tentang kebenaran data anda yang selama ini dengan susah payah telah dientrykan oleh operator sekolah anda pada aplikasi DAPODIK. Karena mengecek data PTK memang merupakan tanggung jawab PTK masing-masing, dan jika masih terjadi kesalahan data silahkan menghubungi operator sekolah anda untuk diperbaiki tetapi perlu di ingat bahwa valid atau tidak nya jam mengajar anda itu diluar tanggung jawab operator. Ini beberapa link yang bisa digunakan untuk cek data guru 

READ MORE - CEK DATA GURU

Kamis, 01 Agustus 2013

Suami Yang Sabar

Ada seorang salih, ia mempunyai saudara (kawan) yang salih pula. Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari ia mengunjunginya lagi, sampai ke rumah yang dituju pintunya masih tertutup. Ia ketuk pintu rumah itu. Dari dalam terdengar suara wanita: “SIAPA ITU?” Orang yang salih menjawab: “AKU, SAUDARA SUAMIMU. AKU DATANG UNTUK MENGUNJUNGINYA, HANYA KARENA ALLAH SEMATA. ” “DIA SEDANG KELUAR MENCARI KAYU BAKAR, BALAS ISTRI SAHABATNYA. MUDAH-MUDAHAN IA TIDAK KEMBALI. ” Lanjutnya sambil terus bergumam memaki-maki suaminya. Ketika mereka sedang terlibat perbincangan, tiba-tiba orang yang salih itu datang sambil menuntun seekor harimau yang sedang membawa seikat kayu bakar. Begitu melihat saudaranya datang mengunjunginya, ia menghambur kepadanya seraya bersalam. Kayu bakar itu lalu diturunkan dari punggung harimau tersebut. Katanya kemudian: “SEKARANG PERGILAH KAMU, MUDAH-MUDAHAN ALLAH MEMBERKAHIMU. ” Orang yang salih itu (yakni yang empunya rumah) lalu mempersilakan saudaranya masuk. Sementara isterinya masih bergunam memaki-maki dirinya. Namun sebegitu jauh ia hanya berdiam, tanpa menunjukkan reaksi kebencian. Setelah terlibat perbincangan beberapa saat lamanya, hidangan keluar disuguhkan. Dilanjutkan berbincang-bincang hingga beberapa saat. Setelah itu saudaranya berpamitan dengan menyimpan kekaguman yang sangat berkesan. Ia sangat kagum sebab saudaranya sanggup menekan kesabarannya menghadap isteri yang begitu cerewet dan berlidah panjang. Tahun berikutnya ia berkunjung lagi. Sampai di depan pintu ia mencoba mengetuknya. Isterinya keluar dan menyapa: “TUAN SIAPA?” “AKU ADALAH SAUDARA SUAMIMU, BALASNYA. KEDATANGANKU INI SEMATA UNTUK MENGUNJUNGINYA. ” “OH, SELAMAT DATANG, TUAN, ” kata isteri saudaranya seraya mempersilahkan masuk penuh keramahan. Tidak begitu lama saudara salih yang ditunggunya tiba juga sambil memanggul seikat kayu bakar. Mereka segera terlibat perbincangan sambil menikmati hidangan yang disuguhkan. Setelah semuanya dirasa cukup, dan ketika ia hendak kembali, ia sempatkan bertanya tentang beberapa hal. Bagaimana dahulu ia dapat menundukkan seekor harimau dan mau diperintah membawakan kayu bakar. Sedang sekarang ini ia hanya datang sendirian sambil memanggul kayu bakar. “KENAPA BISA BEGITU?” tanya saudaranya. Saudaranya menjawab: ”KETAHUILAH SAUDARAKU, ISTERIKU YANG DAHULU BERLIDAH PANJANG ITU SUDAH MENINGGAL, SEDAPAT MUNGKIN AKU BERUSAHA BERSABAR ATAS PERANGAI BURUKNYA. SEHINGGA ALLAH MEMBERI KEMUDAHAN DIRIKU UNTUK MENUNDUKKAN SEEKOR HARIMAU, SEBAGAIMANA PERNAH KAU LIHAT SENDIRI SAMBIL MEMBAWA KAYU BAKAR ITU. SEMUANYA TERJADI LANTARAN KESABARANKU PADANYA. LALU AKU MENIKAH LAGI DENGAN PEREMPUAN YANG SHALIHAH INI. AKU SANGAT GEMBIRA MENDAPATKANNYA. MAKA HARIMAU ITUPUN DIJADIKAN JAUH DARIKU, KARENA ITU AKU MEMANGGUL SENDIRI KAYU BAKAR ITU, LANTARAN KEGEMBIRAANKU TERHADAP ISTERIKU YANG SHALIIHAH INI.” (Kitab Uquudu Lujain Fii Bayaani Huquuzzaujain)
READ MORE - Suami Yang Sabar

Rabu, 01 Agustus 2012

Cara Mendidik Anak Versi Rasulullah Saw

Bersama Ust. Dr. Ahmad Jalaludin,  LC, MA
Dalam al-qur’an status anak dibagi menjadi 4 :
1.  Anak sebagai Fitnah ( Ujian )
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” ( Qs.Al Anfal :28 ). Anak itu termasuk bagian dari harta, aset (besar) kita yang nanti juga ditanya oleh Allah swt. Kita apakan dan kita perlakukan bagaimana anak – anak kita itu. Suatu saat Umar bin khottob didatangi seorang bapak, bapak ini mengaduh, mengeluh kepada Umar sambil berkata : “Wahai Umar anak saya ini tidak berbakti kepada saya”. Ketika sang anak dipanggil dan ditanya oleh Umar : “Wahai bocah apakah benar kamu melakukan seperti ini seperti itu, sebelum anak ini menjawab malah bertanya kepada Umar :  “Wahai Umar apakah anak punya hak dari orang tuanya ?”. Jawab umar: “Iya betul”,  Anak : “kalau begitu apa haknya, tolong ceritakan apa hak saya terhadap bapak saya?”  Umar “Orang tua itu wajib memberikanmu: [1] Nama yang baik. [2] Memilihkan ibu yang baik. [3] Mengajarkan Al qur’an.  Jawab sang Anak  “Wahai Umar tidak satupun itu dilakukan bapakku, Aku diberi nama Ju’lah (nama yang buruk), Ayahku memilihkanku ibu yang tidak baik, ibuku agamanya adalah majusi dan bapakku tak pernah mengajarkanku huruf satupun dari al qur’an”. Kemudian Umar pun memarahi bapaknya, berkata umar : “Kamu ini mendurhakai anakmu terlebih dahulu sebelum anakmu mendurhakaimu”. Nah, kalau misalnya anak kita nakal jangan terburu – buru menyalahkan sang anak , siapa yang kita salahkan? Kita sebagai orang tua perlu mengadu kepada Allah swt, perlu bertaubat kepada Allah jangan – jangan anak kita itu nakal karena kita itu nakal terlebih dahulu. Anak kita tidak mau sholat karena kita tidak sholat, anak kita tidak mau ngaji karena kita tidak ngaji hingga akhirnya anak kita menjadi fitnah.
2. Anak itu sebagai Musuh
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Qs. At Taghobun : 14 ). Siapapun kita kalau berhadapan dengan musuh pasti dalam kondisi selalu waspada, siaga, siap sedia dan tak cuek. Kalau qur’an menempatkan anak kita sebagai musuh berarti dalam kehidupan berumah tangga dalam menghadapi anak itu kita perlu waspada, hati-hati tidak cuek, tidak semata-mata menyerahkan kepada sekolah lantas kemudian lepas tanggung jawab. Mendidik anak tetaplah menjadi kewajiban orang tua, kita tetap harus waspada, harus hati-hati agar musuh itu tidak menusuk dari belakang, jangan sampai anak kita itu menuntut kita. Kita bekerja mencari harta untuk kita berikan kepadanya, itu bisa menjadi musuh. Kecuali kata Allah adalah orang-orang yang bertakwa, dimana kata takwa itu berasal dari kata taqoo, yaqii, wiqoyah berarti hati-hati, jangan sampai kemudian orang yang kita kasihi itu justru menjadi beban bagi kita saat nanti kita di akhirat.
3.  Anak itu Sebagai Ziinah ( Perhiasan )
Perhiasan sangat disuka kaum ibu, biasa dipakai bahkan yang dipamer-pamerkan karena senang perhiasan. Anak kita pada hakikatnya juga adalah perhiasan, makanya orang tua itu bangga dan senang terhadap anaknya. Kita harus jaga perhiasan yang amat sangat mahalnya ini untuk kepentingan sebesar-besar investasi kita untuk kemanfaatan dunia dan akhirat. Kita jadikan dia sebagai anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan orang tua, serta memberinya ilmu jariyah yang bisa memberi kita pahala tiada putus.
4.  Anak itu sebagai Qurrota a’yun
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.( Qs. Al Furqon ayat 74 ). Qurrota a’yun berasal dari kata taqur, Qur artinya dingin, sejuk / menyejukkan. Jika kita diluar panas-panas pulang bertemu anak, hati kita menjadi sejuk. Jadikanlah anak – anak kita ini pemimpin –pemimpin yang baik, pemimpin-pemimpin orang yang bertakwa. Saudaraku yang dirahmati Allah swt. Dari yang ke-empat ini kita pilih yang mana ? Tentu kita pilih yang ke-3 dan ke-4. Semoga anak kita tidak menjadi ujian yang memberatkan kita, bukan menjadi musuh  bagi kita, bisa menjadi perhiasan yang kita banggakan sekaligus menjadi qurrota a’yun bagi kehidupan kita. Saudaraku yang dirahmati Allah swt. Sekarang kita melihat bagaimana caranya, kita tinggal melihat apa yang dipraktekkan oleh rasulullah saw. Mari kita lihat hadist-hadist rasul saw yang bercerita tentang perilaku nabi terhadap anak-anak dan juga ajaran-ajaran nabi yang disampaikan kepada orang tua. Nabi itu punya perhatian tidak semata-mata kepada anaknya saja tapi juga anak-anak orang lain. Hal ini mengajarkan kita bahwa pendidikan anak merupakan tanggung jawab sosial setelah menjadi tanggung jawab keluarga. Kami yakin bapak ibu tidak suka/rela kalau anak-anak kita dirumah yang sudah kita jaga betul, kita ajari yang baik ternyata keluar di masyarakat dirusak oleh lingkungannya. Kita ingin anak di rumah jadi baik saat keluar rumah juga dapat lingkungan yang baik, hal seperti ini tidak bisa kita menuntut orang lain. Kita tuntut diri kita untuk melakukan perbaikan pada keluarga kita dan kita juga harus tergerak untuk memperbaiki orang lain dan juga anak-anak orang lain. Apalagi sekarang ini, guru anak kita itu banyak sekali ada yang namanya doraemon, shin chan dll. Kalau kemudian kita tidak berhati-hati, maka anak kita banyak diwarnai orang lain dari pada diri kita ( keluarganya ). Di antara yang diajarkan oleh rasulullah saw adalah sbb :
1.       Kita Perintahkan Anak kita Sholat
Rasulullah SAW bersabda :
“Perintahkanlah anak-anakmu shalat pada usia 7 tahun. Pukullah mereka pada usia 10 tahun, dan pisahkan juga mereka dari tempat tidur mereka” (Sunan Abi Dawud kitab as-shalat bab mata yu`marul-ghulam bis-shalat no. 495. Hadits hasan shahih [al-Albani]). Tidak ada salahnya kita ajak puta/putri kita ke masjid, ada sebuah hadist tapi ada yang menyatakan hadist ini lemah yang artinya : “Jauhkan anak-anak kalian dan orang-orang gila dari masjid –masjid kalian’. Memang ada persoalan terkadang anak kita itu suka ramai dan ribut, tapi sebetulnya kita inikan punya banyak cara untuk mendiamkan/menenangkan anak kita misalnya : siapa yang datang ke masjid nanti dapat permen, bagi yang sholatnya nggak ribut dapat hadiah. Hal ini bisa kita lakukan, nabi Muhammad saw saja ketika ruku’ dan sujud cucunya itu sampai minta gendong. Saudaraku yang di rahmati Allah swt, Itu kita lakukan sebagai contoh agar anak –anak kita juga menunaikan sholat sebagaimana kita menunaikan sholat. Kebanyakan masyarakat kita itu kalau puasa ya puasa, ibadah haji dibela-belain meskipun biayanya sangat besar, tapi kalau sholat itu jarang yang melakukan. Sementara sholat itu tiang agama kalau tidak bagus sholatnya tiangnya itu bisa ambruk, berarti agama tidak ada dalam dirinya bagaimana dengan puasa dan hajinya apakah akan diterima oleh Allah swt. Kemudian dalam hadist ini juga dikatakan tempat tidurnya anak laki-laki dan perempuan itu dipisah kalau usia7 tahun, usia baligh dipisah, jadi sebetulnya islam itu memperintahkan kita untuk memiliki rumah yang besar, sebagaimana terdapat pada hadist nabi : “Empat perkara yang membawa kebahagiaan ialah Wanita yang sholihah, Rumah yang luas, Tetangga yang baik dan Kendaraan yang nyaman.” (HR Ibnu Hibban). Kaitannya dengan ini biar anak-anak terpisah, ini salah satu bentuk pendidikan seksual kepada anak – anak, perlu terpisah antara laki-laki dan perempuan apalagi saat ini dimana pergaulan laki-laki dan perempuan sudah banyak melampaui batas – batas agama.
2.       Nabi Menghormati dan Menghargai Anak
Anak-anak dipanggil dengan panggilan yang baik, meskipun anak-anak kita itu ditakdirkan oleh Allah swt mempunyai kekurangan. Tidak boleh kita memanggil dengan kekurangannya itu. Dikisahkan oleh Saad bin Malik. Saad bin Malik ini masih muda waktu bersama ayahnya dan ayahnya meninggal kemudian setelah itu Saad dipanggil oleh rasul saw dido’akan dan dihargai, diperlakukan seperti orang dewasa. Saad bin Malik pun merasa dihargai dan merasa di hormati. Nah ini menambah semangat tersendiri ketika anak-anak itu diperlakukan dengan baik. Kalau kebiasaan orang arab kadang kalau mereka marah kepada anaknya, anaknya itu dipanggil dengan panggilan yang kurang baik dengan panggilan misalnya yak kalb (anjing), ya himar (keledai) ! Saudaraku yang di rahmati Allah swt kita mari beri penghargaan kepada anak kita, kita panggil anak kita itu misalnya :  Mas, Mbak meskipun dia masih kecil, memberi penghargaan pada mereka itu maka mereka merasa sudah dewasa. Dan juga bila dipanggil mas /mbak berarti mereka sudah diberi tanggung jawab.
3.  Membiasakan Anak dengan Mengambil Haknya
Orang arab itu meskipun kasar mereka juga luar biasa dalam mengajari anaknya. Anak diajak sholat ke masjid , ketika selesai sholat anak itu dipanggil sana pergi salim sama imam, meskipun berada di shaf yang paling belakang anak itu maju ke depan, untuk menyuruh anak maju kedepan itu tak mudah (Anak diajari keberanian). Suatu saat nabi berkumpul dengan orang – orang dewasa kemudian ada anak-anak, saat ketika rasul saw minum beliau memberikan minumnya itu semestinya kepada sebelah kanannya, tapi karena di sebelah kiri nabi banyak orang, nabi meminta izin kepada anak – anak, nabi bilang: Hai nak gimana kalau minum ini saya kasihkan ke sebelah kiri saya? Jawab Anak : nggak itu hak saya, saya tidak mau memberikan ke orang lain. Kenapa ? Karena ini berkah, sayang kalau nabi memberikannya kepada orang lain. Pernah juga ada sahabat, nabi berkata: Siapa yang pernah saya sakiti, silahkan mengqishos untuk menuntut balas. Ada seorang sahabat maju dan berkata: Ya rasul Allah, saya pernah kena pecutmu  sekarang saya mau membalas. Melihat hal seperti itu banyak sahabat yang mau marah, tetapi kata nabi biarkan, berkata sahabat tadi : Ya rosul ketika pecutmu mengenaiku, aku dalam keadaan tidak memakai baju, tolong juga buka bajumu ! kemudian nabipun membuka bajunya, kemudian sahabat tersebut tidak memecut tetapi langsung merangkul rasul saw. Karena ingin dapat berkah sama seperti dengan bocah tadi.  Saudaraku yang di rahmati Allah swt, keberanian mengambil hak saat itu adalah benar, ketika itu benar nabi mengajarkan berani untuk mengambil haknya. Penting kita melihat variasi yang diajarkan rasul, biar kita tidak memperlakukan anak itu dengan haya marah-marah saja. Pernahkah kita bertanya terhadap anak kita ini lebih banyak senyum / marahnya ? Tahu tidak anak kita kalau di SD / TK itu diantara hadist yang diajarkan adalah La Taghdhob, janganlah engkau marah. Karena gurunya tau kalau murid-muridnya sering di marahi. Anak –anak kita itu tidak semata-mata dimarahi tapi juga perlu disayangi, kita perlu senyum dan perhatian kepadanya. Disebutkan dalam sebuah hadist Ummu nu’man bin basyir bercerita kalau bapaknya pernah memberi kepada saudaranya suatu pemberian, ketika diberikan ummu nu’man ini protes, berkata ummu  nu’man : Pak kenapa yang engkau beri itu kok cuman dia (saudara saya), saya kok tidak kamu beri? Kemudian datang kepada nabi, jawab nabi : Kamu ambil kemudian kamu berikan ! Maksudnya, kita sebagai orang tua kalau kita masih hidup kemudian anak kita satu dikasih yang lainnya juga harus dikasih, dan dikasihnya itu sama kecuali kalau kita kasih salah satu yang lainnya ikhlas itu boleh, kalau lainnya tidak ikhlas dan menuntut maka semua tidak dikasih atau yang sudah dikasih kita ambil kembali. Saudaraku yang di rahmati Allah swt, disini kita perlu adil dalam memperlakukan anak-anak kita dan tak pilih kasih dalam memberi dengan catatan kita masih hidup. Kalau sudah meninggal memang ada warisan, ada beda pemberian. Tetapi ketika orang tua masih hidup pemberian kepada anak harus sama, kalau satunya dibuatkan rumah yang lainnya juga dibuatkan rumah, satu dikasih uang yang lainnya juga dikasih uang, satu dibelikan sepeda yang lainnya juga, kalau tidak mampu, beli satu dipakai bersama. Saudaraku yang dirahmati Allah swt, Rosulullah mengajarkan pada kita melalui hadist ini agar kita berlaku adil kepada putra dan putri kita, tetapi kalau anak-anak yang lain itu ikhlas maka itu boleh, berarti orang tua itu perlu berusaha bagaimana mendidik anak-anak kita menjadi anak yang qona’ah, anak-anak yang beriman, kalau dikasih bersyukur (Alhamdulillah ), kalau tidak dikasih yang bersangkutan faham kondisi orang tuanya (kalau dikasih salah satu itu ngerti). Ini tidak mudah Saudaraku yang di rahmati Allah swt, disinilah pentingnya mempersiapkan takwa didalam hati anak-anak kita, Umar bin khattab pernah berkata : “Aku lebih suka meninggalkan anak-anakku takwa didalam hatinya dari pada meninggalkan mereka harta yang melimpah tetapi tidak ada takwa didalam hatinya. Kalau meninggalkan mereka dalam keadaan takwa dan tidak ada harta, mereka masih bisa mencari harta tapi kalau meninggalkan mereka harta dan tidak ada takwa didalam hatinya, mereka itu bisa menghabiskan harta. Saudaraku yang di rahmati Allah swt, inilah pentingnya melandasi rumah tangga itu dengan takwa kepada Allah swt. Dikisahkan juga oleh Aisyah, Aisyah itu masih muda saat dinikahi rasulullah, kadang-kadang Aisyah itu bermain-main boneka ketika itulah rasulullah nimbrung ikut-ikutan. Kita sadar sebagai orang tua kita capek di luar (kerja), saat pulang ke rumah anak-anak kita kepingin naik kuda-kudaan sekali-kali temani mereka. Nah ini yang dicontohkan Rosul saw. Dalam hadistnya rosul bersabda: “Barangsiapa tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak mengenal hak orang tua kami maka bukan termasuk golongan kami.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab, lihat Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 271).
Ada sebuah kisah : Ada seorang sahabat saat itu melihat nabi mencium anak-anaknya, ketika nabi mencium anak-anaknya sahabat ini heran kemudian bertanya: Ya rosul Allah kau mencium anak-anak? Jawab nabi : Memangnya kenapa, apakah salah aku ini mencium anak-anak ? Sahabat : Ya rasul anak saya 10 tak satu pun yang aku cium ya rasul. Coba bayangkan tidak ada satu pun yang dicium, terus diapakan kalau begitu, kemudian nabi menyampaikan hadist “ Siapa yang tidak ada rasa kasih-sayang, tidak akan disayang” (HR.Bukhori-Muslim). Seperti itu kamu memperlakukan anak-anakmu maka seperti itulah kamu diperlakukan anak-anakmu! Saudaraku yang di rahmati Allah swt bila anak-anak kita diperlakukan tidak baik maka nanti saat kita sudah tua kita diperlakukan juga sama oleh anak-anak kita. Ada cerita: Ada seorang ibu ketika dia punya anak, tidak satupun anak-anaknya dikasih / dipakaikan  popok sama beliau, siapa yang makaikan ? Pembantunya, terus bagaimana sikap anak pada ibunya?  tidak begitu hormat, agak cuek, seperti itulah orang tua memperlakukan anaknya maka akan diperlakukan tidak baik oleh anaknya, benar kata nabi : “ Siapa yang tidak ada rasa kasih-sayang, tidak akan disayang”.
Bagaimana kalau sudah mendidiknya, mengajarinya, menyuruhnya sholat tapi tetap saja yang bersangkutan durhaka. Kalau seperti ini ada kisah nabi nuh, ketika nabi nuh mengadu kepada Allah bahwa anaknya durhaka tidak mau ikut beliau, apa jawaban Allah : ( Qs Hud Ayat 46 ) Dia bukan lagi keluargamu karena dia tidak mau beramal sholeh artinya : Kita sebagai orang tua kewajiban kita adalah mendidik, mengarahkan, mengasihi, memerintahkan sholat, mengajari ngaji dsb, kalau itu semuanya sudah kita lakukan kaidah ayat ini: Dia bukan lagi keluargamu karena dia tidak mau beramal sholeh. Bila ini terjadi, kita serahkan kepada Allah, ketika kita ditanya oleh Allah, kita bisa menjawab saya sudah memperlakukan, mendidik dsb tetapi ternyata yang bersangkutan jauh dari ajaranmu ya Allah ….. Intinya kita harus mencurahkan kasih sayang itu kepada putra-putri kita.
4.  Jangan Bohongin Anak
Ada cerita : Suatu saat rasulullah datang ke rumah Abdullah bin Amir. Abdullah bin Amir masih bocah, nabi berada dirumahnnya selanjutnya Abdullah bin Amir dipanggil oleh ibunya: Nak sini saya beri! kemudian nabi bertanya kepada ibunya: Apakah kamu ngasih dia? Ibu: Ia rosul saya mau ngasih dia kurma, Nabi: Kalau kamu tidak memberinya kamu membohonginya.
Kalau dalam pendidikan itu ketika anak kita masih kecil, ketika merangkak /sudah bisa berjalan kita panggil sini nak ! Kita kasih mainan, anak kita datang merangkak, ketika sudah dekat diambil lagi. Ini mengajari bohong kata rasulullah saw, bahkan ulama’-ulama’ dahulu : ada orang punya kuda dia ambil rumput dikasihkan kepada kudanya, ketika lidahnya sudah menjulur terus ditarik rumputnya, itu langsung dianggap pendusta dan hadistnya tidak diterima saat itu.
Kenapa ketika anak diperintah tidak mau, diantara kata psikolog karena anak terbiasa dibohongi, ketika anak terbiasa katanya mau dikasih lalu tidak dikasih anak itu merasa dibohongi, makanya kalau diperintah ia tidak mau dan bohong meskipun kelihatan sepele, meskipun maksud kita main-main agar anak itu mendekat kita. Ini tidak diperkenankan.
5.  Ajari Anak
Suatu saat nabi bersama anak-anak makan, namanya anak–anak ada yang tangannya itu comot sana comot sini dsb kemudian nabi mengingatkan dalam sebuah hadistnya:
Nanda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan, makanlah yang dekat dengan mu!
Ini adab, makanya sunnah dengan membaca basmalah yang dikeraskan, kalau selesai makan alhamdulillahnya pelan, mulai sekarang tinggalkan kebiasaan makan dan  minum dengan tangan kiri itu tidak sunnah. Makan kue, makan nasi pakai tangan kanan, ketika mengajarkan baca basmalah  itu berarti nak ini rizki dari Allah, makanan ini karunia Allah, makanlah dengan tangan kanan diriwayat lain makanlah dengan duduk. Ternyata ada sebuah penelitian didalam tubuh ini ada satu organ yang mana kalau kita makan sambil duduk itu ada yang tertutup dan saat kita makan, racun-racun  itu tidak bisa masuk, kalau sambil berdiri ada bagian yang terbuka dan kalau kita makan racun-racun itu akan masuk. Makanya kalau kita mengikuti sunnah rasul itu kita akan sehat. Makanya kenapa kita ini sedikit – sedikit sakit ? Bisa jadi kalau makan kita tidak baca basmalah. Kita ajari anak kita dengan praktek yang kita lakukan, biasakan anak kita menyaksikan kita sebelum makan baca basmalah, makan dengan tangan kanan, makan yang ada didekat kita kalau jauh kita minta tolong sama yang lain untuk didekatkan. Ini adab sopan santun mendidik anak kita. Selesai makan baca hamdalah dengan pelan hal ini untuk menghargai yang belum selesai makan.
6.  Jangan Membuat Bosan
Kebiasaan para sahabat rasul saw kalau belajar itu tidak terlalu sering, agar tak bosan. Maksudnya anak itu terlalu sering mendengar omongan orang tua maka anak itu menjadi bosan, kita perlu melihat kapan waktu yang tepat untuk ngomongin anak , kalau ngomongin anak satu kali selesai ya selesai, tidak perlu diperpanjang lagi agar anak tidak merasa bosan.
Dalam sebuah kisah : Sahabat Al Ahdaf disampaikan oleh mu’awiyah saat beliau menjadi khalifah terus memarahi anaknya. Apa saran Al Ahdaf : Wahai amirul mukminin anak kita itu buah hati kita, anak-anak itu penegak punggung kita (bisa bangga dengan mereka), kita ini ibarat langit yang menaungi mereka, jika mereka marah bujuklah ia buatlah mereka ridho, jika mereka meminta berilah, jangan jadi kunci bagi mereka sebab mereka merusak bagi hidupmu dan berharap kematianmu. Na’udzubillah. Jangan sampai anak kita berdo’a : Kapan sih Pak Bu Anda ini meninggal ?
Semoga anak-anak kita dijadikan anak-anak yang sholeh/sholihah yang siap mendo’akan saat kita menghadap Allah swt, tidak ada artinya / tidak banyak berarti bila ternyata anak kita hanya bisa mengundang orang lain mengaji untuk kita sementara yang bersangkutan  tak bisa ngaji dan mendo’akan kita, tidak ada artinya misalnya anak kita menyuruh orang lain ibadah atas nama kita sementara anak-anak kita tidak berbakti pada kita.
Wallaahu ‘alam bish Showwab.
(Tim Panitia Kajian Ahad Pagi masjid al-islamiyah Petemon – materi ini telah disampaikan pada kajian ahad pagi 29 April 2012 di masjid Al-Islamiyah)
http://ikadisurabaya.org
READ MORE - Cara Mendidik Anak Versi Rasulullah Saw

Cara Mendidik Anak ala Rasulullah SAW

Oleh : Prof.DR. M Quraish Shihab

Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal. Padahal, salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik. Nah, Rasulullah adalah suri tauladan yang terbaik, karenanya mari kita berkaca dari sepercik cara mendidik anak ala beliau.

Kita dalam hal ini berada dalam lingkaran setan, anak didik tidak berkualitas ternyata karena gurunya yang kurang bermutu, akhirnya pendidikannya gagal. Memang salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik, yang sebelumnya perlu dididik pula. Sebenarnya kalau melihat ke sejarah Nabi, problema ini baru terselesaikan karena Allah Swt. turun tangan.


Anak didik dibentuk oleh empat faktor. Pertama, ayah yang berperan utama dalam membentuk kepribadian anak. Bahkan, dalam Al-Quran hampir semua ayat yang berbicara tentang pendidikan anak, yang berperan adalah ayah. Kedua, yang membentuk kepribadiannya juga adalah ibu; ketiga, apa yang dibacanya (ilmu); dan keempat, lingkungan. Kalau ini baik, anak bisa baik, juga sebaliknya. Begitu pula baik-buruk kadar pendidikan kita.

Empat faktor ini belum tentu semuanya terwujud. Ketika Allah Swt. menetapkan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya, maka yang membentuk kepribadiannya adalah Allah Swt. Sebab, bila diserahkan kepada masyarakat atau keluarga, maka ia tidak akan sempurna, bisa jadi keliru. Dalam hal ini, Tuhan yang melakukan, sedangkan masyarakat atau keluarga diberi peranan yang sangat sedikit. Itu sebabnya bila telah selesai peranan ayah, maka dia diambil-Nya meninggal dunia. Ini karena Tuhan tidak mau beliau dididik bapaknya. Begitu lahir dibawa ke desa dan ketika usia remaja baru ketemu ibunya. Namun, ibunya pun kemudian diambil-Nya. Selain itu, beliau lahir di lingkungan dengan gaya hidup yang terbelakang, bahkan hampir tidak tersentuh oleh peradaban. Padahal, waktu itu Mesir, Persia, dan India semunya sudah maju. Dalam hal ini, Allah Swt. ingin mendidik langsung beliau untuk menjadi pendidik, yakni figur yang diteladani bagaimana seharusnya mendidik. Itu sebabnya beliau bersabda, Addabanî Rabbî fa Ahsana Ta’dîbi (”Yang mendidik saya itu adalah Tuhan”). Juga, Bu’itstu Mu’alliman (”Saya diutus-Nya menjadi pengajar, pendidik”).

Kita ambil beberapa inti dari kisah hidup Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Bila ingin anak yang membawa namamu itu tumbuh berkembang dengan baik, maka pilih-pilihlah tempat kamu meletakkan spermamu, karena gen itu menurun”. Jadi, sebelum anak lahir kita harus memilih hal yang baik, karena gen ini mempengaruhi keturunan. Pakar pendidikan mengakui bahwa ada faktor genetik dan pendidikan. Walaupun mereka berbeda pendapat yang mana lebih dominan, namun yang jelas keduanya punya pengaruh. Penulis pribadi cenderung berpendapat yang lebih dominan itu sebenarnya pada pendidikan, bukan sperma (gen). Sebagai analogi, bila kita lagi sumpek, masakan kita bisa tidak enak. Di sini ada pengaruh dari emosi dan sikap pada saat membuat suatu masakan. Jadi, bila ingin anak yang baik, maka harus ditanamkan perasaan yang enak, harmonis, dan penuh keagamaan sewaktu memproduksinya. Ini berpengaruh kepada jabang bayi. Ketika membuatnya dalam situasi ketakutan, maka anaknya pun akan menjadi penakut. Anak yang lahir di luar nikah itu berbeda dengan anak yang lahir dari hubungan yang sah. Karena semua orang sadar dalam hati bahwa perzinahan itu buruk, maka hal ini nantinya dapat berpengaruh terhadap anak. Karena itu pula, Nabi Saw. memerintahkan untuk memilih tempat-tempat yang baik saat menanamkan sperma kita dan dianjurkan sebelumnya untuk membaca doa dan tidak dihantui rasa takut atau cemas.

Di dalam Al-Quran diterangkan, Nisâukum hartsun lakum (Isteri kamu adalah ladang buatmu). Di sini Al-Quran mengumpamakan suami sebagai “petani” dan isteri sebagai “ladang”. Kalau petani menanam tomat, apakah apel yang tumbuh? Siapa yang salah, bila si suami menghendaki anak laki-laki namun yang lahir perempuan, petani atau ladangnya? Tentu petani. Setelah ditanam, semestinya benih itu dipelihara. Bila ada hama, maka perlu dipupuk, disirami, dan dipelihara dengan baik. Setelah ada hasilnya, maka perlu dicuci dulu bila ingin dimakan. Dan bila ingin dijual, juga dibersihkan dulu dan dikemas sedemikian rupa agar dapat bermanfaat. Ini sebenarnya pelajaran dalam Al-Quran. Agar buah yang lahir dari kehidupan suami-isteri ini bisa membawa manfaat sebanyak mungkin, maka harus memperhatikan sang isteri (ibu). Dari sini, sekian banyak anjuran untuk memberikan makanan yang bergizi bagi seorang ibu. Di masa Nabi Saw, buah yang paling banyak adalah kurma. Kurma itu memiliki vitamin dan karbohidrat yang tinggi. Nabi Saw. berkata, “Isteri-isteri kamu yang sedang hamil, maka berilah ia kurma agar supaya anaknya lahir sehat dan gagah”.

Hal di atas menunjukkan bahwa jauh sebelum anak dilahirkan, ternyata Islam telah memiliki landasan dan tempat berpijak. Lalu, apa yang perlu diperankan orang tua sekarang? Pertama, satu hal yang perlu digarisbawahi, begitu seorang anak lahir, Islam mengajarkan untuk diadzankan. Walaupun anak itu belum mendengar dan melihat, tapi ini memiliki makna psiko-keagamaan pada pertumbuhan jiwanya. Anak yang baru beberapa hari lahir, kalau ia ketawa, anda jangan menduga bahwa ia ketawa karena atau dengan ibunya, tapi karena ia merasakan kehadiran seseorang. Para pakar mengatakan demikian, karena ada orang yang lahir buta tetap tersenyum saat ibu mendekatinya. Jadi, seorang bayi memiliki rasa pada saat mendengar adzan, juga memiliki jiwa yang bisa berhubungan dengan sekelilingnya. Karena itu, adzan menjadi kalimat pertama yang diucapkan kepadanya. Dan, karena saat membacakan adzan seorang muadzin berhubungan dengan Tuhan, maka inilah yang memberikan dampak bagi perkembangan anak ke depan.

Kedua, sampai umur tujuh hari, kelahiran anak perlu disyukuri (’aqiqah). Kalau begitu, jangan sampai terbetik dalam pikiran ibu/bapak merasa tidak mau atau tidak membutuhkannya, karena saat itu sang anak sudah punya perasaan dan harus disambut dengan penuh syukur (’aqiqah). Misal, ada orang yang mengharapkan anak laki-laki, namun kemudian lahir anak perempuan, akhirnya ia kecewa serta tidak menerima dan menyukurinya. Semestinya perlu disyukuri, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga, setelah ‘aqiqah, sang anak baru diberi nama yang terbaik karena dalam hadis disebutkan, “Di hari kemudian nanti orang-orang itu akan dipanggil dengan namanya”. Dalam hadis lain dijelaskan, “Nama itu adalah doa dan nama itu bisa membawa pada sifat anak kemudian”. Jadi, pilihlah nama yang baik untuknya.
Nama itu adalah sebuah doa yang menyandangnya. Ada ilustrasi, sebelum perang Badar (2 H.). berkecamuk, ada duel perorangan antara kaum muslim dan musyrik. Ali, Hamzah, dan ‘Ubaidah dari pihak kaum muslim, sedangkan dari pihak kaum musyrik yaitu ‘Utbah, Al-Walid dan Syaibah. Ali (yang tinggi) melawan Utbah (orang yang kecil). Hamzah (singa) berhadapan dengan Syaibah (orang tua). Al-Walid (anak kecil) berhadapan dengan ‘Ubaidah (hamba yang masih kecil). Bisa dibayangkan, bagaimana kalau orang yang tinggi besar berhadapan dengan anak kecil atau orang yang dijuluki “singa” dengan orang tua, siapa yang menang? Yang terjadi, Ali dan Hamzah berhasil membunuh lawannya, sedangkan Ubaidah dan al-Walid tidak ada yang terbunuh hanya keduanya terluka.

Nabi Saw. dipilihkan oleh Allah semua nama yang baik dan sesuai, karena ia adalah doa bagi yang menyandangnya. Misal, Nabi memiliki ibu bernama Aminah (yang memberi rasa aman) dan ayahnya Abdullah (hamba Allah). Yang membantu melahirkan Nabi namanya As-Syaffa (yang memberikan kesehatan dan kesempurnaan). Yang menyusuinya adalah Halimah (perempuan yang lapang dada), jadi Nabi dibesarkan oleh kelapangan dada. Anjuran untuk memilih nama yang mengandung doa juga dimaksudkan agar jangan sampai menimbulkan rasa rendah diri pada sang anak.

Keempat, mendidik anak bagi Nabi Saw. adalah menumbuhkembangkan kepribadian sang anak dengan memberikan kehormatan kepadanya, sehingga beliau sangat menghormati anak-cucunya. Bila memang sejak kecil ia sudah memiliki perasaan, maka jangan sampai ada perlakuan yang menjadikannya merasa terhina. Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya untuk berbakti kepada orang tuanya. Nabi Saw. pernah ditanya, “Bagaimana seseorang membantu anaknya supaya ia berbakti?”, Nabi berkata: “Janganlah ia dibebani (hal) yang melebihi kemampuannya, memakinya, menakut-nakutinya, dan menghinanya”.

Ada sebuah riwayat, seorang anak lelaki digendong oleh Nabi dan anak itu pipis, lantas ibunya langsung merebut anaknya itu dengan kasar. Nabi kemudian bersabda, “Hai, bajuku ini bisa dibersihkan oleh air, tetapi hati seorang anak siapa yang bisa membersihkan”. Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi berkata, “Jangan, biarkan ia kencing”. Dari hal ini, muncul ketentuan, bila anak laki-laki kencing cukup dibasuh, sedangkan bila anak perempuan dicuci dengan sabun. Riwayat tadi memberi pelajaran bahwa sikap kasar terhadap seorang anak dapat mempengaruhi jiwanya sampai kelak ia dewasa.

Namun sisi lain, ada satu hal di mana Nabi sangat hati-hati dalam persoalan anak. Ketika Nabi lagi di masjid, ada orang yang kirim kurma, kemudian cucunya datang dan mengambil sebuah kurma lalu dimakannya. Nabi bertanya kepada ibunya, “Ini anak tadi mengambil kurma dari mana?” Sampai akhirnya, dipanggilnya Saidina Hasan dan dicongkel kurma dari mulutnya. Ini maknanya apa? Nabi tidak mau anak cucunya itu memakan sesuatu yang haram, walaupun ia masih kecil dan tidak ada dosa baginya, karena itu akan memberikan pengaruh kepadanya kelak ia besar.

Ada cerita dari pengalaman seorang ibu yang pendidikannya hanya sampai SD dan memiliki 13 anak, tetapi semuanya berhasil. Suatu ketika, ada orang yang bertanya kepada si ibu itu, “Doa apa yang dipakai ibu sehingga semuanya berhasil?” Jawabnya, “Saya dan suami saya tidak banyak berdoa. Tapi, bila anak saya bersalah atau saya tidak senang perbuatannya, saya selalu berkata, “Mudah-mudahan Tuhan memberimu petunjuk”. Jadi, anak ini tidak dimaki, dikutuk, atau dimarahi. Dan, kami kedua orang tuanya tidak pernah memberi makan mereka dengan makanan yang haram”.

Sumber : sayyidario.blogspot.com
READ MORE - Cara Mendidik Anak ala Rasulullah SAW

CARA RASULULLAH MENDIDIK ANAK






Beberapa waktu yang lalu mona n fren di ‘lingkar kecil’ diwajibkan ikut seminar Pendidikan Anak ala Rasulullah. Ini oleh-olehnya, semoga bermanfaat…..
***********************************************************************************

Anak adalah amanat Allah kepada orangtua, tutur Al-Ghazali.
Rasulullah SAW bersabda, “ Apabila Allah menghendaki kebaikan terhadap sebuah keluarga, Allah berikan kepada mereka kepahaman dalam agama, yang muda menghormati yang tua, kasih sayang menjadi anugerah dalam kehidupan mereka, pengeluaran mereka ekonomis dan diberi kemampuan untuk mengetahui aib diri lalu bertaubat dari kesalahan, sebaliknya, jika Allah menghendaki selain itu mereka akan dibiarkan saja ” . ( HR. Daaru Quthni dari Anas ra. ).

Cara Rasulullah Mendidik Anak

I.Panduan dasar untuk orangtua dan pendidik.

Banyak orang tidak menyadari kalau anak adalah salah satu pemimpin umat. Hanya karena masih tertutup dengan baju anak. Seandainya apa yang ada dibalik bajunya dibukakan kepada kita, niscaya kita akan melihat mereka layak disejajarkan dengan para pemimpin. Akan tetapi, sunnatullah menghendaki agar tabir itu disibak sedikit demi sedikit melalui pendidikan. Namun, tidak semua pendidikan berhasil kecuali dengan strategi matang dan berkelanjutan. ( Syaikh Muhammad Al Khidr Husein )

1.Keteladanan
Rasulullah bersabda “ Barangsiapa berkata kepada anaknya, ‘ kemarilah! ( nanti kuberi )’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong ” ( HR. Ahmad dari Abu Hurairah )

2.Memilih waktu yang tepat untuk menasehati.
Ada 3 pilihan waktu yang dicontohkan Rasul ; saat berjalan-jalan di atas kendaraan, waktu makan dan waktu anak sakit.

3.Bersikap adil dan tidak pilih kasih

4.Memenuhi hak-hak anak

5.Menghargai nasehat dan kebenaran meskipun dari anak kecil.

6.Mendo’akan anak.

7.Membelikan permainan

8.Membantu anak agar berbakti dan taat.

9.Tidak banyak mencela dan memaki.

II.Membangun dan membina Aqidah anak.

1.Mentalqinkan kalimat Tauhid pada anak.
2.Cinta kepada Allah, merasa diawasi dan beriman kepada Qodho’ & Qodar
3.Mencintai Rasulullah, keluarga dan sahabatnya.
4.Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
5.Mendidik keteguhan aqidahnya.

III.Membentuk intelektualitas pada anak

1.Menanamkan kecintaan mencari ilmu dan adabnya.
2.Membimbing anak untuk menghafal Al-Qur’an dan hadits.
3.Memilihkan anak, guru yang shalih.
4.Mendidik anak tera,pil bahasa asing.
5.Mengarahkan sesuai dengan bakat dan kecenderungannya.
6.Membuat perpustakaan di rumah.

Sifat-sifat Pendidik Sukses

a.Penyabar dan tidak pemarah
b.Lemah lembut dan menghindari kekerasan
c.Hatinya penuh dengan kasih sayang
d.Memilih yang termudah di antara dua perkara
e.Fleksibel
f.Tidak emosional
g.Bersikap moderat dan seimbang
h.Ada senjang waktu dalam memberi nasehat.

http://inimona.multiply.com
READ MORE - CARA RASULULLAH MENDIDIK ANAK

Minggu, 29 Juli 2012

Tips Memilih Pasangan Hidup

bismillahirrahmanirrahim

Menikah mengandung tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, memilih pasangan hidup juga merupakan hal yang harus benar-benar diperhatikan. Rasulullah SAW telah memberikan teladan dan petunjuk tentang cara memilih pasangan hidup yang tepat dan islami. Insya Allah tips-tips berikut ini akan dapat bermanfaat.
A. Beberapa kriteria memilih calon istri
  1. Beragama islam (muslimah). Ini adalah syarat yang utama dan pertama.
  2. Memiliki akhlak yang baik. Wanita yang berakhlak baik insya Allah akan mampu menjadi ibu dan istri yang baik.
  3. Memiliki dasar pendidikan Islam yang  baik. Wanita yang memiliki dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu berusaha untuk menjadi wanita sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita sholihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
  4. Memiliki sifat penyayang. Wanita yang penuh rasa cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan.
  5. Sehat secara fisik. Wanita yang sehat akan mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban sebagai istri dan ibu yang baik.
  6. Dianjurkan memiliki kemampuan melahirkan anak. Anak adalah generasi penerus yang penting bagi masa depan umat. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW menganjurkan agar memilih wanita yang mampu melahirkan banyak anak.
  7. Sebaiknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah menikah. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara keluarga yang baru terbentuk dari permasalahan lain.
B. Beberapa kriteria memilih calon suami
  1. Beragama Islam (muslim). Suami adalah pembimbing istri dan keluarga untuk dapat selamat di dunia dan akhirat, sehingga syarat ini mutlak diharuskan.
  2. Memiliki akhlak yang baik. Laki-laki yang berakhlak baik akan mampu membimbing keluarganya ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
  3. Sholih dan taat beribadah. Seorang suami adalah teladan dalam keluarga, sehingga tindak tanduknya akan ‘menular’ pada istri dan anak-anaknya.
  4. Memiliki ilmu agama Islam yang baik. Seorang suami yang memiliki ilmu Islam yang baik akan menyadari tanggung jawabnya pada keluarga, mengetahui cara memperlakukan istri, mendidik anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara halal dan baik.
Sebagai catatan tambahan, dianjurkan memilih calon pasangan hidup yang jauh dari silsilah kekerabatan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keturunan dari penyakit-penyakit menular atau cacat bawaan kekerabatannya. Selain itu juga dapat memperluas pertalian kekeluargaan dan ukhuwah islamiyah.
Semoga kita semua dibimbing oleh Allah SWT dalam berikhtiar mendapatkan pasangan hidup yang terbaik dan diridhoi-Nya serta dapat ikut serta menemani kita ke surga dunia dan akhirat. Amin.


Referensi:
  1. Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
  2. “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al Baqarah : 221)
  3. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS. An Nur : 26)
  4. “Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)
  5. “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
  6. Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
  7. Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?” Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda : “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”
  8. “ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)
  9. “Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)
  10. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)
  11. Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi WaSallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)
  12. Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki : “Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”
  13. http://tipsoke.com/tips-oke-memilih-pasangan-hidup-menurut-islam.html
http://cara-muhammad.com
READ MORE - Tips Memilih Pasangan Hidup
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...