Rabu, 10 November 2010

ANTARA AKU DAN IBU

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.
Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua masakanmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau corat-coret dinding rumah dan meja makan.

Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau  memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah dan mengaji.
Sebagai balasannya kau berteriak. “NGGAK MAU!!”
Saat kau berumur 7 tahun, dia mengajakmu sholat.
Sebagai balasannya, kau lagi-lagi berteriak,”AKU SEDANG NONTON TV!!”
Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.
Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus les sekolahmu.
Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah masuk.
Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja kamu mau.
Sebagai balasannya, kau melompat keluar rumah tanpa memberi salam dan mengecup tangannya.
Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus dewasa.
Sebagai balasannya, kau tunggu sampai dia keluar rumah.
Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.
Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, kau tak pernah menelponnya tentang kabarmu hingga membuatnya cemas.
Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau menghindar dan mengunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop dengan temanmu semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun dia bertanya,”Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau sudah mulai berani membentak,”Ah ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.
Sebagai balasannya, kau katakan,”Aku sudah kuliah sudah dewasa tak perlu nasehat ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa rekreasi atas kelulusanmu…
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya,”Aduuuh, bagaimana ibu ini, saya ini sudah S1 biar kami yang berpikir sendiri tidak perlu masukan dari ibu.”
Saat kau berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 300 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Ibu, sekarang zamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan hajatan salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya,kau jawab,”Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca buku tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
hingga suatu hari kau berkunjung ke rumah ibumu, tampak orang-orang beramai-ramai di rumahnya. Hatimu cemas ada apa gerangan, setelah sampai di depan pintu kau lihat sesosok manusia telah terbujur kaku dengan tertutup kain putih. Lalu kaupun mendekat, dan ternyata setelah kau buka ternyata…Astaghfirullohaladziim….Innalillhi Wa Inna Ilaihi Rojiuun…Ya, dialah ibumu yang selama ini  kau sakiti hatinya.
Di usia yang telah senja Alloh swt berkenan memanggilnya. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena belum sempat berbakti kepadanya. Hanya penyesalan yang menimpamu.
- Maafkan aku duhai ayah ibuku jika belum bisa membahagiakanmu,
maafkan anakmu yang tak tahu balas budi ini duhai ayah ibuku.
-Ya Rabb, ampunkan dia, kasihilah dia di sana di dalam kesendiriannya.
Lapangkanlah alam kuburnya, terangilah dengan cahayaMu. Sejahterakanlah dia
dengan rahmatMu.
(kupersembahakan tulisan ini bagi siapapun yang ingin berbakti pada ibunya, mumpung beliau masih hidup. Kalaupun toh sudah tiada sempatkan engkau mengunjungi kuburnya, luangkan waktumu berdoa untuknya. Ampuni kami semua Ya Alloh)
READ MORE - ANTARA AKU DAN IBU

Penyebab Kebanyakan Wanita Masuk Neraka

Sahabat yang dirahmati Allah,
Suatu perkara yang pasti bahawa Syurga dan Neraka adalah dua tempat balasan yang Allah s.w.t. ciptakan. Syurga diciptakanNya sebagai tempat tinggal yang abadi bagi kaum Muslimin dan Muslimat dan Neraka sebagai tempat tinggal bagi kaum Musyrikin, Musyrikat dan pelaku dosa yang Allah s.w.t. telah melarang darinya. Setiap Muslim yang mengerti keadaan Syurga dan Neraka tentunya sangat berharap untuk dapat menjadi penghuni Syurga dan terhindar jauh dari Neraka, inilah fitrah.
Membicarakan tentang Neraka dan penghuninya, yang mana mayoritas penghuninya adalah wanita kerana sebab-sebab yang akan dijelaskan nanti.
Sebelum kita mengenal wanita-wanita penghuni Neraka alangkah baiknya jika kita menoleh kepada peringatan-peringatan Allah s.w.t. di dalam Al Quran tentang Neraka dan azab yang tersedia di dalamnya dan perintah untuk menjaga diri daripadanya.
Allah s.w.t. berfirman yang maksudnya :
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Surah At Tahrim ayat 6)

Imam At-Tobari (rahimahu ‘Llah) menyatakan di dalam tafsirnya : “Ajarkanlah kepada keluargamu amalan ketaatan yang dapat menjaga diri mereka dari Neraka.”
Ibnu Abbas r.a juga mentafsirkan ayat ini : “Beramallah kamu dengan ketaatan kepada Allah, takutlah kamu untuk bermaksiat kepadaNya dan perintahkan keluarga kamu untuk berzikir, nescaya Allah menyelamatkan kamu dari Neraka.”
Masih banyak tafsir para sahabat dan ulama lainnya yang menganjurkan kita untuk menjaga diri dan keluarga dari Neraka dengan mengerjakan amalan soleh dan menjauhi maksiat kepada Allah s.w.t.
Di dalam surah lainnya Allah s.w.t. berfirmanyang bermaksud :
“Peliharalah dirimu dari Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Surah Al Baqarah ayat 24)
Sahabat yang dimuliakan, Begitu pula dengan ayat-ayat lainnya yang juga menjelaskan keadaan Neraka dan perintah untuk menjaga diri daripadanya.
Kedahsyatan dan kengerian Neraka juga dinyatakan Rasulullah s.a.w di dalam hadis yang sahih dari Abu Hurairah r.a bahawasanya baginda bersabdayang bermaksud :
“Api kamu yang dinyalakan oleh anak cucu Adam ini hanyalah satu bahagian dari 70 bahagian Neraka Jahanam.”
Jikalau api dunia saja dapat menghanguskan tubuh kita, bagaimana dengan api Neraka yang panasnya 70 kali ganda dibandingkan dengan panas api dunia? Semoga Allah S.W.T. menyelamatkan kita dari api Neraka.
WANITA PENGHUNI NERAKA
Mengenai hal ini, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud :
“Aku melihat ke dalam Syurga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah fuqara’ (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam Neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (Hadis Riwayat Al- Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh Rasulullah s.a.w tentang penghuni Syurga yang majoritinya adalah fuqara (para fakir miskin) dan Neraka yang majoriti penghuninya adalah wanita. Tetapi hadis ini tidak menjelaskan sebab-sebab yang menyebabkan mereka dimasukkan ke dalam Neraka dan menjadi majoriti penghuninya, namun demikian sebab-sebab tersebut disebutkan dalam hadis lainnya.
Di dalam kisah solat gerhana matahari, Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya melakukan solat gerhana padanya dengan solat yang panjang , Rasulullah s.a.w melihat Syurga dan Neraka. Ketika beginda melihat Neraka beginda bersabda kepada para sahabatnya:
“ … dan aku melihat Neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita. Para sahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Baginda s.a.w menjawab : “Kerana kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Baginda menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) nescaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari)
Dalam hadis yang lain, Rasulullah s.a.w menjelaskan tentang wanita penghuni Neraka, baginda bersabda :
“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka kerana sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti bunggul unta. Mereka tidak masuk Syurga dan tidak mendapatkan wanginya Syurga padahal wanginya boleh didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)
Dari Imran bin Husain dia berkata, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud :
“Sesungguhnya penduduk Syurga yang paling sedikit adalah wanita.”
(Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)
Imam Qurthubi (rahimahu ‘Llah) menjelaskan maksud hadis di atas dengan pernyataannya :
“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Syurga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat kerana kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum lelaki dari akhirat disebabkan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.”
(Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tazkirah halaman 369)
Jika kita perhatikan keterangan dan hadith di atas dengan insaf, nescaya kita akan dapati beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam Neraka bahkan menjadi majoriti penghuniya dan yang menyebabkan mereka menjadi golongan minoriti dari penghuni Syurga.
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya :
Rasulullah s.a.w menjelaskan hal ini pada sabda baginda di atas tadi. Kekufuran seumpama ini terlalu banyak kita dapati di tengah-tengah keluarga kaum muslimin, iaitu seorang isteri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak sesuai dengan kehendak isteri sebagaimana kata pepatah,’panas setahun dihapus oleh hujan sehari’. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang isteri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan suami kerana Allah s.w.t. tidak akan melihat isteri seumpama ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah s.a.w :
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.”
(Hadis Riwayat Nasaie)
Hadis di atas adalah peringatan keras bagi kaum wanita muslimah yang menginginkan keredhaan Allah s.w.t. dan SyurgaNya. Maka tidak layaklah bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan banyak mengadukan hal-hal kekurangan yang tidak sepatutnya untuk diperbesar-besarkan.
Jika sedemikian keadaannya, maka sangat tidak sesuai sekali jika wanita yang kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah s.a.w sebagai majoriti kaum yang masuk ke dalam Neraka walaupun mereka tidak kekal didalamnya.
Cukup sekiranya isteri-isteri Rasulullah s.a.w dan para sohabiyah sebagai suri tauladan bagi isteri-isteri kaum muslimin dalam mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya.
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin. Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
1. Derhaka dengan ucapan.
2. Derhaka dengan perbuatan.
3. Derhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk pertama ialah seorang isteri yang biasanya berucap dan bersikap baik kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat mendatangi suaminya. Kederhakaan seperti ini sering dilakukan seorang isteri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini.
Termasuk bentuk kederhakaan ini ialah apabila seorang isteri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang dibenarkan oleh syara’. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan yang bermaksud untuk menjatuh dan merosak kehormatannya sehingga suaminya dipandang hina di mata orang lain. Begitu juga apabila seorang isteri meminta talak atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mendakwa telah dianiaya atau dizalimi suaminya atau lain-lainnya.
Permintaan cerai biasanya di awali dengan pertengkaran antara suami dan isteri kerana ketidakpuasan isteri terhadap kebaikan dan usaha suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya kerana suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah s.w.t. dan sunnah-sunnah Rasulullah s.a.w. Sungguh hina sekali apa yang dilakukan isteri seperti ini terhadap suaminya.
Ingatlah sabda Rasulullah s.a.w :
“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’ie) maka haram baginya mencium wangi Syurga.” (Hadis Riwayat Abu Daud dan At-Tirmizi )
Bentuk kederhakaan kedua yang dilakukan para isteri terjadi apabila seorang isteri tidak mahu melayani keperluan batiniyah suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang seumpamanya.
Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang isteri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Tindakan ini sebenarnya adalah seakan-akan seorang isteri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’ie. Demikian pula jika isteri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya (aurat), menerima tetamu tanpa izin suaminya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang lain-lain.
Begiti juga apabila seorang isteri tidak mau berdandan atau mempercantikkan diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal-hal itu, melakukan puasa sunat tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti solat atau puasa Ramadhan.
Maka setiap isteri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah isteri yang durhaka terhadap suami dan telah melakukan maksiat kepada Allah s.w.t. Jika kedua bentuk kederhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang isteri maka ia dikatakan sebagai isteri yang derhaka dengan ucapan dan perbuatannya.
Sungguh rugi wanita yang melakukan kederhakaan ini. Mereka lebih memilih jalan ke Neraka daripada jalan ke Syurga kerana memang biasanya wanita yang melakukan kederhakaan-kederhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu.
Jalan menuju Syurga tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga yang indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di hujung jalan ini ada Syurga yang Allah sediakan untuk hamba-hambaNya yang sabar menempuhnya.
Ketahuilah pula bahawa jalan menuju ke Neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya. Tetapi ingat dan sedarlah bahawa Neraka menanti orang-orang yang menjalani jalan ini dan tidak mahu berpaling darinya semasa ia hidup di dunia.
Hanya wanita yang bijaksanalah yang mahu bertaubat kepada Allah s.w.t. dan meminta maaf kepada suaminya dari kederhakaan-kederhakaan yang pernah ia lakukan. Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati perintahnya.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang wajib ditutupnya dari pandangan lelaki bukan mahramnya.
Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah s.a.w tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang disebabkan pakaian yang mereka pakai tipisnya, berseluar ketat menampakkan bahagian-bahagian tubuh tertentu, tidak menutup aurat sepertimana yang berlaku di dalam masyarakat kita. Sebagaimana yang dihuraikan oleh Ibnul ‘Abdil Barr rahimahu ‘Llah ketika menjelaskan sabda Rasulullah s.a.w tersebut. Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan :
“Wanita-wanita yang dimaksudkan Rasulullah s.a.w adalah yang memakai pakaian yang tipis yang menampakkan tubuhnya atapun yang menunjukkan bentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada zahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .”
Mereka adalah wanita-wanita yang suka dan amat gembira apabila berjaya menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah s.w.t. telah melarang hal ini dalam firmanNya yang bermkasud :
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (Surah An Nur ayat 310)
Imam Az-Zahabi rahimahu ‘Llah menyatakan di dalam kitab Al Kabair :
“Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah menampakkan hiasan emas dan permata yang dipakai oleh mereka, memakai minyak wangi dengan yang seumpanya jika mereka keluar rumah … .”
Dengan perbuatan seperti ini bererti mereka secara tidak langsung menyeret kaum lelaki ke dalam Neraka, kerana pada diri kaum wanita terdapat daya tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoncang keimanan yang kukuh sekalipun, apa lagi iman yang lemah yang tidak dikuatkan dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah sendiri menyatakan di dalam hadis yang sahih bahwa :
“ Fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum lelaki adalah fitnahnya wanita.”
Sahabat yang dirahmati Allah,
Sejarah sudah membuktikan bahawa betapa banyak tokoh-tokoh dunia yang tidak beriman kepada Allah s.w.t. hancur hanya disebabkan pujuk-rayu wanita. Bahkan berapa banyak persaudaraan di antara kaum muslimin terputus hanya disebabkan wanita. Berapa banyak anak yang menderhaka kepada ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi gejala-gejala lainnya yang dapat membuktikan bahawa wanita seumpama mereka ini memang layak untuk tidak mendapatkan wanginya Syurga.
Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum lelaki ke dalam lembah dosa yang hina, terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan tubuh mereka kepada kaum lelaki. Tidak menghairankan lagi jika di sana-sini terjadi jenayah dan kezaliman terhadap kaum wanita, kerana yang demikian adalah hasil perbuatan mereka sendiri.
Hindarilah tabarruj dan berhiaslah dengan pakaian yang disaran oleh Islam yang akan menyelamatkan kaum wanita dari dosa di dunia ini dan azab di akhirat kelak. Jangan diikut pemikiran sekular pemimpin-pemimpin wanita Islam yang cuba mempertikaikan hukum-hukum Allah dan mempertikaikan hak-hak wanita yang telah dinyatakan di dalam al-Qur’an.
Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud :
“Dan tinggallah kamu di rumah-rumah kamu dan janganlah kamu bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.” (Surah Al Ahzab ayat 33)
Masih banyak sebab-sebab lainnya yang menyebabkan wanita menjadi penghuni majoriti Neraka. Tetapi cukuplah dengan tiga sebab ini sahaja yang dijelaskan di sini kerana memang tiga perkara inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan masyarakat kita.
Rasulullah s.a.w pernah menerangkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari azab Neraka. Ketika beginda selesai berkhutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah s.w.t. dan anjuran untuk mentaatiNya. Baginda pun bangkit mendatangi kaum wanita, baginda menasihati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian baginda bersabda :
“Bersedekahlah kamu semua. Kerana kebanyakan kamu adalah kayu api Jahanam!”
Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya : “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?”
Baginda menjawab : “Kerana kamu banyak mengeluh dan kamu kufur terhadap suami!” (Hadis Riwayat Al- Bukhari)
Bersedekahlah kerana sedekah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kaum wanita dari azab Neraka. Semoga Allah s.w.t. menyelamatkan kita dari azab-Nya. Amin.
READ MORE - Penyebab Kebanyakan Wanita Masuk Neraka

Izinkan Aku Menciummu, Ibu

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku ?dipaksa? membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.
Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.
Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.
Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.
Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.
Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.
Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do?a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.
Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.
Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.

Sumber:Kafemuslimah.com
READ MORE - Izinkan Aku Menciummu, Ibu

Senin, 08 November 2010

Gaji ayah berapa

Seperti biasa Ghana, Kepala Cabang Sebuah perusahaan swasta terkemuka diJakarta, tiba dirumahnya pada pukul 9 malam. tidak seperti biasanya, Annisa, putri pertamanya yang baru duduk dikelas 3 SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama “kok, belum tidur?” sapa Ghana sambil mencium anaknya. biasanya Annisa memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika akan berangkat kantor pagi hari. sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Annisa berucap”aku nunggu Ayah pulang, sebab Annisa mo nanya..berapa sih gaji ayah?”
“Lho tumben, kok nanya gaji Ayah? mau minta uang lagi, ya?” “ah..enggak pengen tau aja” ucap Annisa singkat. “OK..kamu boleh hitung sendiri, setiap hari ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.40.000,- setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu minggu libur, kadang Sabtu Ayah masih lembur. jadi Ayah dalam 1 bulan berapa hayooo?” Annisa berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. ketika Ghana beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Annisa berlari mengikutinya. “kalo satu hari Ayah dibayar Rp.400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp.40.000,- dong” katanya. “wah, pinter kamu. sudah sekarang cuci kaki, terus bobo’ ya” perintah Ghana
Tetapi Annisa tidak beranjak, sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, annisa kembali bertanya, ” Ayah, aku boleh pinjem uang Rp.5000,- enggak?” “sudah, nggak usah macam-macam lagi, buat apa minta uang malam-malam begini? ayah capek, dan mau mandi dulu, tidurlah”. “tapi Ayah…” Kesabaran Ghana pun habis. ” Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Annisa. anak kecil itupun berbalik menuju kamarnya. usai mandi, Ghan nampak menyesali hardiknya. ia pun menengok Annisa dikamar tidurnya. anak kesayangannya itu belum tidur. annisa didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Ghana berkata, “maafkan Ayah, Nak, Ayang sayang sekali sama Annisa. tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini? kalau mau beli mainan, besok kan bisa. jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun papa kasih” jawab Ghana
“Ayah, aku enggak minta uang. aku hanya pinjam. nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”. “iya, tapi buat apa? tanya Ghana lembut.
“aku menunggu Ayah dari jam 8. aku mau ajak Ayah main ular tangga. tiga puluh menit aja. mama bilang kalo waktu ayah itu berharga. jadi, aku mau ganti waktu ayah, aku buka tabunganku, hanya Rp.15.000,- tapi karena Ayah bilang satu jam dibayar Rp.40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp.20.000,- tapi duit tabunganku kurang Rp.5000,- makanya aku mau pinjam dari ayah” kata polos Annisa
Ghana pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. dia baru menyadari ternyata limpahan harta yangdia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.
Tunaikan hak sesuai tempatnya. paling tidak hak Tuhan kita, hak fisik kita hak sesama manusia (kiriman email kawan)
sumber :http://ciptoadhisetiawan.blogspot.com dari lembaran cerita dimasjid dan
READ MORE - Gaji ayah berapa

PENGORBANANKU UNTUKMU KAKAK

Kisah ini mungkin saja terjadi dalam hidup anda..
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari
demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung
mereka menghadap ke langit.
Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di
sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari
laci ayahku.
Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu
takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi
Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya! “
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah
begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau
kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,
“Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi
yang akan kamu lakukan di masa
mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya
penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di
pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai
menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya
dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah
terjadi.” Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup
keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden
tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan
lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8
tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk
masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima
untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok
di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi
bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan
hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air
matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya?
Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,
“Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi,telah cukup membaca
banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan
memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu
keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan
saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu
kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam
uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku
yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang
kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi
meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku
meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit
kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan
meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke
universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku
hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi,
aku akhirnya sampai ke tahun ketiga
(di universitas) .
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika
teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun
menunggumu di luar sana!”
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar,
dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu
semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada
teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat
bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu
saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? ” Aku merasa
terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari
adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak
perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah
adikku bagaimana pun penampilanmu. ..”
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu.
Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya.
Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.”
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk
membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah
adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu
melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela
baru itu..”
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
“Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi
konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu
tidak menghentikanku bekerja dan…”
Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku
mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi
mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu
harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak,
jagalah mertuamu saja.
Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku
mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah
kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya,
saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius.
Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
“Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak
berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti
itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang
sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun
itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani
dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu
bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa
bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada
dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua
jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.
Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang
begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu,
saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya.”
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan
perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Semoga Bermanfaat,[/size]
READ MORE - PENGORBANANKU UNTUKMU KAKAK

kisah-cinta-seorang-anak

(ditulis oleh Cristine Wili)

 Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”
Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”


Read more: http://www.resensi.net/kisah-cinta-seorang-anak/2008/05/06/#ixzz14gSmoRzi
READ MORE - kisah-cinta-seorang-anak
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...