Sabtu, 16 Oktober 2010

KATA HATI AYAH

Dengar nak, ayah mengatakan ini pada saat kau terbaring tidur. Sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang kering pirang lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika ayah sedang membaca Koran di ruang perpustakaan, satu sapuan sesal menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah datang masuk menghampiri pembaringanmu.
Ada hal-hal yang ayah pikirkan, nak. Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak berangkat ke sekolah karena kau Cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk. Lalu ayah melihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah tatkala kau melempar beberapa barangmu ke lantai.
Saat makan pagi ayah juga menemukan kesalahan, kau meludahkan makananmu, kau menelan buru-buru makananmu. Kau meletakkan sikumu di atas meja, kau mengoleskan mentega terlalu tebal di rotimu. Dan begitu kau baru mulai bermain dan ayah berangkat mengejar kereta api, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru, “ Selamat jalan, Ayah “ dan ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab, “Tegakkan bahumu ! “
Kemudian semua itu berulang lagi pada sore hari. Begitu ayah muncul dari jalan, ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada lubang-lubang pada kaos kakimu ayah menghinamu di depan teman-temanmu, lalu menggiringmu untuk pulang ke rumah. “ Kaos kaki mahal, dan kalau kau yang harus membelinya, kau akan lebih berhati-hati ! “ bayangkan itu nak, itu keluar dari pikiran seorang ayah !
Apakah kau ingat nantinya, ketika ayah ayah sedang membaca di ruang perpustakaan, bagaimana kau datang dengan perasaan takut, dengan rasa terluka dalam matamu ? ketika ayah terus memandang Koran, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu-ragu di depan pintu. “Kau mau apa ?” semprot ayah.
Kau tidak berkata sepatahpun, melainkan berlari melintas dan melompat kea arah ayah, kau melemparkan tanganmu melingar ke leher ayah dan mencium ayah, tangan-tanganmu yang kecil semakin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang telah tuhan tetapkan untuk mekar di hatimu yang bahkan pengabaian sekalipun tidak akan mampu melemahkannya. Dan kemudian kau pergi begegas menaiki tangga.
Nah,nak, sesaat setelah itu Koran jatuh dari tangan ayah, dan satu rasa takut yang menyakitkan menerpa ayah. Kebiasaan apa yang sudah ayah lakukan ? kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca, ini adalah hadiah ayah untukmu sebagai seorang anak lelaki. Bukan berarti ayah tidak mencintaimu. Ayah melakukan ini karena ayah berharap terlalu banyak dari masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun-tahun ayah sendiri.
Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungilmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas. Semua ini kau tunjukkan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium ayah sambil mengucapkan selamat tidur. Tidak ada masalah bagi malam ini nak. Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan, dan ayah sudah berlutut di sana, dengan rasa malu !
Ini adalah sebuah rasa tobat yang lemah, ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal seperti ini kalau ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari ayah akan menjadi ayah sejati ! ayah akan bersahabat karib denganmu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan tertawa bila kau tertawa. Ayah akan menggigit lidah ayah kalau kata-kata tidak sabar keluar dari mulut ayah. Ayah akan terus mengucapkannya kata ini seolah-olah sebuah ritual : “ Dia Cuma seorang anak kecil, anak lelaki kecil !”
Ayah kwatir sudah membayangkanmu sebagai seorang lelaki. Namun saat ayah memandangmu sekarang nak, meringkuk berbaring dan letih di atas tempat tidurmu, ayah lihat bahwa kau masih seorang bayi. Kemarin kau masih dalam gendongan ibumu. Ayah sudah meminta terlalu banyak, sungguh terlalu banyak.
Kawan-kawan, sebagai ganti dari mencerca orang, mari kita coba untukmengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal itu jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik, dan melahirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...